Sumatera Barat

1 minute read

Artikel ini dibuat untuk mengobati rindu akan travelling, semua kalimat dan paragraf murni dari ingatan penulis yang terbatas.

Pergi

Awal atau penghujung tahun 2008 mungkin, seragam sekolah dasar masih melekat di badan ku yang jelas. Ibu merencanakan tahun ini kita plesir ke Sumatera Barat. Sekaligus merupakan perjalanan pertama ku keluar pulau Jawa.

Selalu pergi dengan morning flight adalah kebiasaan yang menjadi bawaan turun temurun keluarga nampaknya, subuh di bandara. Jam tidur pada saat itu bukanlah musuh yang berarti, tidak seperti sekarang. Singkatnya boarding pass Air Asia sudah kami kantongi, maskapai ini menjadi favorit ibu karena harganya mengingat slogannya

Everyone can fly

Datang

Pagi waktu setempat. Kami menginjakan kaki di bandar udara (yang saya lupa namanya dan tidak Googling), dijemput oleh kawan ibu lalu skip karena saya tidak ingat banyak.

Ngarai Sianok, Air Terjun dan Tutut Ngarai Sianok salah satu tempat yang kami kunjungi,yang bisa saya ingat adalah penginggalan jaman penjajahan Jepang, tebing-tebing dan sejuknya udara. Air terjun di pinggir jalan raya sempat menjadi monumen kami untuk berfoto. Dan pada hari itu adalah hari dimana saya menemukan hewan bernama tutut, karena kami berkunjung ke sebuah danau.

Kelok 44 Yang bisa diingat hanya saya muntah di kelok ke 30an kalau tidak salah, mungkin kalau anak jaman sekarang diperjalanan bisa dicekoki gadget saya jika dicekoki gadget malah akan muntah lebih awal. SD-SMP adalah peak moment saya sering mabuk perjalanan.

Pecel Lele Beda dengan di Jakarta, Pecel lele di Sumatera Barat tidak hanya dicebur cairan bumbu, tapi dioles-oles. Mengapa hal baik ini tidak ditiru juga ya (?)

Pulang

Setelah menghabiskan kurang lebih 4 hari, kami pulang kembali. Dan ketika di sekolah cukup seorang guru mendatangi saya dan bertanya kemana saja. Oh ya baru ingat, ternyata ketika plesir saya tidak pernah memberi surat ke pihak sekolah. Biar saja absen.